Warta Sakramen Keselamatan Di Era Digital

Berdasarkan pemaparan dua pembicara dalam seminar Dies natalis XXXV Fakultas Teologi Sanata Dharma Yogyakarta, terdapat beberapa poin penting yang cukup menarik untuk direfleksikan.

Beragama di era digital tidak boleh dilihat secara negatif sebagai sebuah bentuk pertahanan terhadap serangan dari luar. Menurut Denny siregar, era digital dengan segala perkembangan teknologinya merupakan suatu senjata perjuangan yang cukup efektif untuk memperjuangkan nilai-nilai agama. Romo Suryo bahkan menambahkan bahwa media sosial (medsos) yang hadir di era digital bukan hanya dilihat sebagai alat tetapi sebagai kenyataan dapat mengubah realitas.

Denny Siregar kemudian menggambarkan bagaimana medsos digunakan sebagai alat yang sangat efektif untuk mengangkat suatu pemikiran sebagai wacana publik. Berdasarkan pengalamannya, wacana yang diangkat ke publik selalu menimbulkan keributan di awal. Namun, seiring waktu berlalu wacana publik itu akan semakin mudah diterima publik karena dibicarakan berulang-ulang kali bahkan berita bohong pun dapat dipercaya sebagai kebenaran. Cara yang paling mudah untuk mewujudkan hal ini ialah dengan menggunakan medsos. Perkembangan medsos dari tahun ke tahun menunjukkan perubahan yang sangat besar sehingga fakta ini menjadikan medsos sebagai alat yang efektif untuk berbicara dengan banyak orang secara mudah dan murah tanpa terbatas pada sekat primordial, ruang dan waktu.

Fakta tentang pekembangan medsos yang terus meningkat ini kemudian dibahas secara lebih konkret oleh Romo Suryo. Yang menarik adalah Romo Suryo berusaha menampilkan bagaimana cara kelompok milenial muslim beragama dalam era digital. Dengan segala contoh yang dipaparkan, Romo Suryo ingin merumuskan cara beragama yang melampaui batas agama. Gambaran ini menarik karena beberapa contoh itu dipandang menurut cara milenial. Menurutnya, generasi milenial menyukai apa yang setara dengan gambaran anak muda. Ciri milenial inilah yang memberi afirmasi pada medsos sebagai alat yang dapat mengubah kita.

Berdasarkan pemaparan di atas, saya merefleksikan betapa dasyatnya kekuatan medsos dalam usaha untuk mengubah apapun. Medsos memiliki kemampuan untuk mengubah realitas. Ini sebuah kenyataan yang tidak bisa dielak. Sebagai kenyataan, medsos adalah sebuah peluang yang amat baik bagi kita untuk merumuskan kembali cara beragama. Selama ini Gereja Katolik merumuskan cara beragama secara ketat. Realitas pengalaman Denny Siregar dan contoh pemaparan Romo Suryo dapat dijadikan pembanding. Sebagai orang katolik, saya tidak bisa dengan serta merta mengikuti pemaparan dua nara sumber. Tentu harus ada suara hierarki dalam menanggapi realitas generasi milenial ini. Dan untuk itu, kita terikat dengan seruan apostolik dari hierarki gereja.

Gereja katolik telah merumuskan bahwa gereja sebagai skaramen keselamatan. Pandangan ini bersifat institusionalistik. Ini berarti ada kecenderungan untuk mengilahikan Gereja dan dengan demikian membatasi karya penyelamatan pada Gereja Katolik yang institusional di bawah kuasa hierarki. Konsili vatikan II memberi pandangan baru tentang keselamatan. Di sini, Gereja dipandang sebagai sakramen (tanda dan sarana) kehadiran Allah di tengah dunia. Ini bisa berarti keselamatan tidak bisa diabaikan dari gereja sebagai institusi. Meskipun demikian, gereja tidak identik dengan keselamatan. Sehingga gereja bukan hanya kumpulan orang yang diselamatkan tetapi sebagai tanda dan sarana yang dapat digunakan Allah demi keselamatan semua orang. Di sini, tergambarlah sebuah tanggung jawab gereja atas dunia dengan memperjuangkan nilai-nilai keadilan, perdamaian, kebersamaan dan berbagai nilai-nilai lainya.

Dalam refleksi pribadi, cara beragama saya sebagai umat Gereja demi karya penyelamatan Allah, harus dilihat sebagai tanda dan sarana. Sebagai tanda, saya menghayati nilai-nilai kristiani dalam hidup setiap hari dan sebagai sarana, saya melakukan sebuah gerakan diri untuk memperjuangkan nilai-nilai kristiani. Ini berati, saya sebagai umat gereja dan umat Allah harus melaksanakan tugas perutusan Allah, yaitu karya penyelamatan Allah untuk seluruh dunia.

Dalam mewujudkan tugas perutusan ini, saya bisa mempertimbangan apa yang diuraikan Denny Siregar. Ia tidak sedang berbicara tentang agama secara khusus tetapi dengan menunjukkan pengalamannya, ia sedang beragama secara konkret yang langsung menyentuh kenyataan sosial manusia. Dengan pengalaman itu, ia sudah menunjukkan dirinya sebagai tanda dan sarana keselamatan bagi semua orang. Sebagai umat gereja saya seharusnya tidak berpuas hati dan berhenti sebagai tanda bahwa saya sudah diselamatkan. Saya harus bergerak dengan sebuah tindakan konkret seperti yang ditunjukkan Denny Siregar agar saya dapat berguna sebagai sarana Allah untuk karya penyelamatan.

Hidup di era digital seperti dewasa ini, menjadi keharusan dan tidak boleh diabaikan. Kerberadaan medsos dianggap sebagai kenyataan yang tidak bisa dielakan. Sebagai sebuah kenyataan yang mempunyai potensi untuk berkembang secara pesat dan memiliki kekuatan untuk mengubah realitas, menjadi tidak masuk akal jika kita tidak memanfaatkannya. Saya yang adalah tanda dan sarana keselamatan dapat menggunakan medsos untuk mewartakan karya penyelamatan Allah di dunia terkhusus bagi negara Indonesia yang sedang berada dalam realitas politik yang semakin terpuruk. Ambil bagian dalam gerakan politis (partisipasi politik) juga dapat kita wujudkan melalui medsos. 

Gerakan yang kita bangun sebagai sarana keselamatan tidak hanya berkaitan dengan faktor politik. Ada banyak realitas sosial yang bisa kita perjuangkan. Medsos sebagai alat, harus kita manfaatkan untuk mengubah perjuangan kita menjadi kenyataan. Perjuangan itu bisa kita salurkan dalam berbagai bentuk seperti film, lagu, narasi audio-visual, dan berbagai bentuk lainnya. Dan semua bentuk perjuangan itu dapat disebarluaskan melalui medsos yang bisa kita akses secara mudah dan murah sekaligus dapat menjangkau semua orang dalam waktu yang singkat.

Seluruh refleksi ini tidak serta merta langsung mengagungkan medsos sebagai sarana yang sangat bermafaat. Medsos sebagaia alat juga memiliki kelemahan dan tidak bebas kritik. Terlepas dari semuanya itu, sejauh medsos dapat membantu kita untuk mewartakan tugas perutusan Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan yang efektif maka kita bisa mempertimbngakan penggunaan medsos secara bijak dan bertanggung jawab.


Comments