on
artikel
- Get link
- Other Apps
Istanbul: Ayasofia from the Blue Mosque. Engraving by D. Pronti after W. Reveley.. Credit: Wellcome Collection. Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) |
Tulisan ini dibuat berdasarkan diskusi bersama seorang teman Kristen dan diselipi dengan refleksi pribadi penulis sebagai penganut Katolik.
1. Bagaimana
pandangan iman anda tentang Tuhan Yesus dan keselamatan kita?
Umat Kristen sungguh mengimani bahwa
Yesus adalah Firman Allah, yang tiada lain adalah Allah sendiri. Dalam
kesempatan wawancara ini bahkan lewat diskusi yang sering kami lakukan selama
ini (teman satu kos), saya memahami bahwa umat Kristen sangat berbeda dengan
Katolik berkaian dengan pemahaman akan Ketuhanan Yesus. Bagi mereka
satu-satunya Allah adalah Yesus Kristus. Keberbedaan Bapa, Putra dan Roh Kudus
tidak terlalu dipersoalkan. Mereka lebih banyak membicarakan tentang Yesus
sebagai Allah ketimbang Bapa dan Roh Kudus. Kita sebagai orang Katolik biasanya
tidak pernah mengabaikan salah satunya karena kita percaya bahwa Tritunggal,
Bapa, Putra dan Roh Kudus merupakan Allah yang berkarya dalam sejarah
keselamatan manusia. Penganut Kristen sama seperti Katolik mengetahui bahwa penyebutan Tritunggal
itu tidak menjelaskan tentang siapa itu Allah tetapi tentang bagaimana Allah
berkarya dalam sejarah keselamatan manusia. Namun dalam penghayatan iman Tritunggal, Kristen lebih menekankan dan mengutamakan Yesus yang merupakan satu-satunya Allah yang
benar yang memberikan keselamatan bagi manusia.
Menurut pengakuannya, terdapat banyak
gereja yang berada di kota asalnya Salatiga. Beberapa gereja bahkan memiliki
pemahaman yang berbeda-beda tentang Tritunggal dan Ketuhanan Yesus. Ada gereja
yang berpendapat bahwa hanya ada Yesus sebagai Allah. Bapa dan Roh Kudus tidak
dipedulikan lagi. Bapa ditinggalkan dalam sejarah Perjanjian Lama dan Roh Kudus
ditinggalkan karena sudah selesai pekerjaannya. Sekarang hanya tinggal Yesus
Kristus sebagai Allah yang bertahkta di surga. Pemahaman ini agak ekstrim
karena mengabaikan peran Bapa dan Roh Kudus dalam seluruh karya keselamatan
Allah bagi manusia. Tetapi ini justru menggambarkan bagaimana umat Kristen
begitu menekankan iman mereka kepada Yesus. Pemahaman mereka atas iman seperti
ini muncul juga dalam doa-doa penyembuhan, seperti sering diucapkan
kalimat, “hanya dalam nama Yesus”.
Berkaitan dengan keselamatan, mereka meyakini
bahwa Yesus adalah Allah yang memberi keselamatan yang pasti/mutlak. Keselamatan
hanya terjadi dalam iman kepada Yesus Kristus. Iman seperti ini menegaskan
bahwa tidak ada campur tangan manusia di dalam memperoleh keselamatan.
Keselamatan hanya datang dari Yesus kristus. Keselamatan bagi mereka itu seperti tindakan Allah yang membungkus
manusia yang berdosa agar terlihat bersih. Manusia tetap berdosa tetapi
dibungkus oleh rahmat Allah agar menjadi bersih dan diperkenankan masuk surga
(memperoleh keselamatan). Dalam penjelasan teman kos ini, ia menjelaskan ketika
manusia mengimani Yesus, manusia akan diberi rahmat untuk menjadi orang benar.
Tindakannya yang baik sebagai orang benar merupakan pemberian Allah dan bukan
karena usahanya sendiri karena manusia tidak punya andil apapun dalam
memperoleh keselamatan.
Ini justru berbeda dengan kita karena
kita meyakini bahwa Allah memberi kita kebebasan untuk beriman dengan seluruh
akal budi dan kehendak. Manusia yang beriman itu diresapi oleh daya Roh Kudus,
bukan untuk membungkus kita tetapi untuk menguatkan kita dari dalam dan itu
membantu kita untuk mencapai jalan menuju keselamatan. Tanggung jawab manusia
sebagai pribadi yang bebas itu menjadi sangat penting sebagai tanda keaktifan
dan kesungguhan manusia dalam beriman. Jadi keselamatan bukan hanya sekedar
rahmat Allah tetapi juga tindakan bebas manusia yang total.
2. Bagaimana
peran Gereja (anda) dalam formasi iman anda?
Ketika saya menanyakan tentang
bagaimana bentuk konkret dari peran gereja dalam usaha membentuk,
mempertahankan dan mewariskan iman gerejanya, ia hanya mengatakan peran gereja itu
terlaksana melalui perayaan ritus (sakramen perjamuan dan baptis) dan persekutuan
yang menguatkan iman (dalam ibadah rutin dan dalam pemahaman Alkitab). Jika dilihat dari sakramen
yang hanya berjumlah 2 sakramen itu cukup membuat saya terkejut. Tetapi justru
ini menggambarkan pemahaman iman mereka yang hanya menekankan pada Yesus
Kristus. Dalam wawancara ini, ia tidak begitu konkret menjelaskan apa yang
terjadi di dalam perayaan sakramen dan dalam kelompok persekutuan iman
berkaitan dengan formasi iman mereka.
Saya berusaha mencari tahu lebih
dalam dan berusaha memahami jawabannya dengan membandingkannya dengan apa yang
ada dalam Gereja Katolik. Kita mempunyai sarana pembinaan iman yang disebut
katekese. Di Larantuka, Flores Timur, katekese itu menjadi sarana rutin yang
dibuat setiap tahun terkhusus di bulan Maria dan bulan Kitab Suci. Dahulu saat
Keuskupan dipimpin Mgr. Darius nggawa, SVD, penyelenggaraan katorde
(katekese orang dewasa) sangat efektif memperdalam iman umat, tidak
hanya berkaitan dengan ortodoksi tetapi juga ortopraksi. Kebiasaan ini
berkembang hingga sekarang dan melahirkan banyak sekali bentuk-bentuk katekese
baru yang berkembang dalam berbagai kelompok kategorial.
Ketika mendengar penjelasan saya
sebagai bahan perbandingan, dia sendiri mengakui bahwa tidak begitu jelas bagaimana peran gerejanya secara konkret dalam pembinaan iman. Menurut saya, pendalaman iman
Kristen secara efektif hanya terjadi di dalam perayaan sakramen. Di dalam kelompok persekutuan
seperti kelompok pendalaman Alkitab dan kelompok-kelompok ibadah harian, sarana
pembinaan iman ini tidak melibatkan banyak orang dan ini berbeda dengan
perayaan sakramen yang melibatkan banyak orang. Jika pembinaan iman efektif
hanya terjadi pada perayaan sakramen, ini tentu tidak maksimal karena dalam
perayaan sakramen tidak terjadi dialog yang intens jika harus dibandingkan
dengan apa yang terjadi dalam katorde. Di dalam pertemuan ibadah dan terutama
dalam pertemuan pemahaman Alkitab, sering kali terjadi perbedaan penafsiran
ayat-ayat Alkitab yang berujung pada denominasi gereja baru. Di kota Salatiga
sendiri, dahulu tidak memiliki banyak gereja seperti yang ada sekarang.
Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena bertumbuhya gereja baru
ini mengindikasikan tidak adanya sarana bina iman yang tepat dan efektif sehingga banyak
orang dengan penafsiran berbeda bisa mendirikan gereja baru.
3. Apa
pandangan anda tentang kami - Gereja Katolik (terserah soal apa)
Menurut pendapat pribadinya, konsep
mengenai Orang Kudus masih membingungkan. Ia mengatakan bahwa satu-satunya yang
suci hanyalah Yesus. Saya bisa memahami bagaimana ia tidak bisa mengerti
tentang keberadaan Orang Kudus yang dihormati dalam Gereja Katolik. Menurutnya
jika ada manusia yang dianggap orang kudus maka itu membenarkan bahwa kesucian
dan keselamatan bisa dicapai oleh usaha manusia. Konsep ini bertentangan dengan
keyakinan mereka sebab keselamatan hanya datang dari Yesus tanpa usaha manusia
dan kesucian itu dianugerahkan bukan diusahakan. Ketika Allah mencurahkan
rahmat keselamatan, manusia akan menjadi selamat dan kepadanya diberi kesucian
untuk bertidak sebagai orang benar untuk melakukan kebaikan. Semua itu didapat
manusia karena diberikan oleh Allah dan bukan atas dasar usaha manusia. Jika
kekudusan itu pemberian dari Allah maka kita tidak patut menghormati mereka (orang
kudus) lebih dari manusia yang lain karena semuanya berasal dari Allah. Maka
hanya Allah yang kudus yaitu Yesus Kristus dan hanya kepada Dia saja yang kita
sembah.
Orang
Kudus di dalam Katolik tidak dipilih secara sembarang. Ada banyak
tahapan yang harus dilalui untuk menetapkan seseorang menjadi kudus. Setiap
tahapan dilalui dengan proses yang berat seperti pemeriksaan tentang kesaksian
hidupnya sebagai orang benar dan mukjizat yang terjadi melalui perantaraan
doanya. Semua itu harus bisa dibuktikan dengan cermat. Orang Kudus bukan hanya
mereka yang hidup tanpa cela dalam seluruh hidupnya tetapi juga mereka yang
mendapat sentuhan rahmat Allah dan hidup secara baru mengikuti kehendak Allah. Gereja
Katolik menghormati mereka karena mereka bisa dilihat sebagai teladan hidup. Pemahaman
ini justru menambah kebingungan bagi orang Kristen.
Menurut saya ada beberapa hal yang
luput dari refleksi umat Kristen tentang Maria. Anggapan mereka yang
mengabaikan Maria justru membuat mereka tidak bisa memahami bagaimana manusia
biasa bisa mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Bunda Maria adalah contoh
nyata dimana Allah memilih manusia untuk turut terlibat di dalam karya
keselamatan. Karena kekudusan Yesus Kristus, Maria diikutsertakan di dalam
kekudusan itu. Maria menjadi teladan kekudusan gereja bukan hanya karena ia
dipilih Allah tetapi juga karena jawaban ya yang ia berikan ketika menerima
kabar gembira dari malaikat. Jawaban ya ini menunjukkan satu keputusan bebas
dan bertangungjawab yang harus dijalankan Maria dengan sungguh-sungguh. Inilah
sebabnya mengapa gereja Katolik menghormati Maria. Sama seperti Maria yang
mengambil bagian dalam kekudusan Yesus, maka kita pun bisa mengikuti jejak
Maria untuk mengambil jalan kekudusan dengan tindakan kita sebagai pribadi yang
bebas dan bertanggung jawab. Maria dan para Orang Kudus menjadi teladan bagi
gereja Katolik untuk bisa berpartisipasi dalam hal-hal kudus karena Allah yang
adalah sumber keberadaan Gereja itu adalah Mahakudus.
Pemahaman saya ini bisa menjadi dasar
kuat dihadapan umat Kristen bahwa kekudusan termasuk keselamatan terjadi dalam tanggapan
bebas manusia. Jika Allah tidak menginginkan tindakan bebas manusia maka Allah
tidak perlu menjadi manusia. Keberadaan Yesus sebagai sabda Allah yang menjadi
manusia menunjukkan bahwa Allah menginginkan manusia belajar dari sang Sabda.
Kemanusiaan Yesus menjadi contoh nyata yang paling sempurna bagaimana manusia
seharusnya beriman kepada Allah yang benar. Maria telah mengikuti jalan itu, diikuti
para Orang Kudus dan sekarang kita sebagai orang Katolik dituntut mengambil
bagian dalam persekutuan para Kudus ini.
Comments
Post a Comment