KONSEP DOSA MANUSIA DALAM Kej. 3:1-24)






I.                   Arti Dosa[1]

Dalam Alkitab terdapat beberapa istilah untuk dosa. Kata Ibrani yang paling umum adalah khatta’t, awon, pesya’ ra’ dan kata Yunani ialah hamartia, hamartema, parabasis, paraptoma, poneria, anomia dan adikia. Beberapa istilah ini mengandung pengertian yang berbeda-beda dan dari situlah orang dapat mengenali dosa. Dosa adalah kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak menaati hukum, kelaliman atau ketidakadilan. Dosa adalah kejahatan dalam segala bentuknya.

Ciri utama dosa adalah tertuju kepada Allah. Setiap pengertian tentang dosa di luar ciri utama ini merupakan penyimpangan dari arti yang digambarkan dalam akitab. Jadi dosa adalah setiap penentangan yang ditujukan kepada Allah atau pelanggaran hukum Allah. Dari awal dan sepanjang perkembangannya, dosa adalah setiap penentangan yang ditutjukan kepada Allah. Pemahaman inilah yang dapat menerangkan keanekaan bentuk dan kegiatan dosa.

Gambaran tentang dosa di atas menunjukkan bahwa usaha untuk memberikan definisi yang tepat tentang dosa merupakan sebuah pekerjaan yang amat sulit. Dosa merupakan realitas dan pengertian yang sangat kompleks dan sukar untuk diungkapkan secara tuntas hanya dalam suatu definisi. Terdapat banyak defenisi yang beragam tentang dosa. Tulisan singkat ini hanya menjelaskan konsep dosa sebagai asal mula dosa yang tergambar dalam Kej. 3:1-24.

 

II.                Asal Mula Dosa[2]

Berdasarkan ciri utamanya, dosa dikaitkan dengan tindakan manusia yang tertuju kepada Allah. Dalam Kej 3, Alkitab memberi gambaran tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa untuk menjelaskan asal mula dosa. Untuk diketahui bahwa dosa sudah ada di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya penggoda di Taman Eden dengan kata-kata godaannya. Alkitab tidak memberikan keterangan tentang kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya ke dalam dosa.

  Kej. 3 menceritakan jalannya peristiwa pencobaan. Ular meyakinkan Hawa bahwa ia dan suaminya akan menjadi sama seperti Allah, mengenal yang baik dan yang jahat (kej. 3:4-5). Keinginan durhaka ini menjadi pusat perhatian Hawa yang kemudian membuatnya berpikir bahwa pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Reaksi Hawa ini menunjukkan bahwa Iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa. Reaksi ini dilihat sebagai tahapan menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikiran Hawa bahwa ia ingin menjadi sama seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat.  

Jenis keinginan durhaka yang ditunjukkan Hawa menjadi dasar untuk melacak asal mula dosa. Hawa memberikan tempat kepada Iblis yang hanya boleh diduduki oleh Allah saja. Hawa menyetujui serangan Iblis yang bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Dari kisah Kej. 3 ini memberikan gambaran akan tahapan yang mendahului tindakannya memakan buah terlarang. Pada awalnya Hawa bersedia berbincang-bincang dengan penggoda. Dalam bincang-bincang itu, Hawa tidak menolak saran-saran penggoda. Hawa kemudian menyetujui saran penggoda secara diam-diam. Dari gambaran ini terlihat jelas bahwa dosa timbul dari hati dan pikiran. Kebusukan hatinya ini kemudian terungkap dalam perbuatan-perbuatan melanggar perintah Allah. Bobot kejahatan dosa yang pertama ini tampak dalam kenyataan bahwa dosa memperkosa kedaulatan Allah dan perintah-Nya dalam hal kekuasaan, kebaikan, hikmat, keadilan, kesetiaan dan kasih karuniah-Nya.

 

III.             Dosa Asal[3]

Dosa asal berarti (1) dosa pertama, yaitu dosa yang dilakukan dan harus dipertanggungjawabkan oleh manusia pertama saja. Dosa itu mencemarkan semua orang bukan karena diikuti melainkan karena mereka berasal dari Adam. (2) Dosa asal dapat disebut akibat-akibat dari dosa pertama, yakni (a) atas usaha sendiri orang tidak lagi sanggup memperoleh keselamatan atau (b) semua manusia dari dirinya sendiri tidak lagi terbuka pada hidup dan rahmat Ilahi.

Dosa asal sebagai situasi yang semestinya tidak ada, hanya dapat disebut dosa dalam arti kiasan (analog), yaitu keadaan seluruh umat manusia yang diresapi akibat-akibat dosa dan kesalahan. Gambaran dosa asal mau menunjukkan keadaan universal bahwa manusia sejak permulaan (baik individu maupun keseluruhan) cenderung mengarah pada yang jahat. Pengalaman manusia setiap hari membuktikan bahwa secara spontan manusia tidak bertindak “manusiawi” seperti keinginan penciptanya.

Dosa asal serta akibat yang ditimbulkannya tidak bisa dimengerti secara sempurna. Ketika menciptakan manusia, Allah mengetahui bahwa dengan memberikan kebebasan, manusia akan jatuh dalam dosa. Dosa terjadi karena manusia menyalagunakan kebebasannya. Sebenarnya, Allah bisa saja menghindari kondisi ini, tetapi itu dibiarkan terjadi dan kita tidak diberi tahu mengapa kondisi itu dibiarkan terjadi (misteri penciptaan). Satu hal yang bisa menjelaskan tentang misteri penciptaan ini adalah cinta Allah yang begitu besar terhadap manusia. 

Ada teolog yang berpendapat bahwa ajaran tentang dosa asal adalah semacam teologi sejarah umat manusia untuk menjawab pertanyaan tentang keberadaan yang jahat dalam dunia yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kondisi yang tidak dikehendaki ini harus dibebaskan dari keadaan buruknya dan hal ini hanya mungkin jika manusia bersedia ditebus.



[1] J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L (Jakarta: Komunikasi Bina Kasih 2014), hlm. 256-257.

[2] Ibid.

[3]Adolf Hueken, Ensiklopedi Gereja Jilid II C-G (Jakarta: Cipta Loka Caraka,2004), hlm. 82-85


Comments